Thursday, March 20, 2008

Tak Buta Karena Cinta


Xiao Zao dihadapkan pada pilihan sulit. Menyelamatkan nyawa ibunya atau kehilangan sang kekasih hati untuk selamanya. Sebuah pengorbanan besar akhirnya dipilih gadis jelita ini dengan menjadi ketua Aliran Ming Persia hingga nyawa ibunya terlindungi.

Konsekuensi yang mahal karena sang ketua harus tinggal di Persia dan hidup membujang sepanjang hayat, haram kawin sebagaimana lazimnya peraturan perguruan yang berlaku.
Dengan mundurnya Xiao tinggal tiga wanita lagi yang memperebutkan cinta Zhang Wu Ji; Minmin Temuer, putri Mongol yang licin, Zu Er, adik sepupu Wu Ji dan Zi Rou, ketua perguruan E Mei. Begitulah kira-kira jalan cerita episode 28 serial silat Pendekar Zhang Wu Ji. Film silat berlatar belakang konflik berabad silam antara Mongol dan bangsa Han di Cina. Tak ketinggalan dibumbui romantika cinta anak manusia.

Libur musim dingin yang singkat kami habiskan di depan monitor komputer, mengikuti kisah bersambung ini sampai tamat di episode ke 40.
Pelajaran penting dari sutradara: cinta tak membuat Xiao Zhao lupa dunia dan buta segalanya. Akal sehat masih bisa menguasai diri meski hatinya menggelepar di mabuk asmara. Sadar, ibunya lebih jauh lebih penting daripada memuaskan hasrat kalbu yang menggelora. Bertolak belakang dengan Minmin yang rela mengkhianati keluarga, suku dan bangsanya hingga ayahnya dipenjara oleh pemerintah Mongol. Pendekar Rou pun harus hidup dalam perang dingin dengan saudari-saudari seperguruan demi kelangsungan hubungan dengan Wu Ji.

Masalah cinta memang takkan ada habisnya untuk dibicarakan. Kata orang, lebih baik sakit gigi daripada sakit hati karena cinta. Kadang manusia mengalami gejala kejiwaan aneh hingga bingung tujuh keliling tatkala dihantam problematika yang satu ini. Tapi kami serumah tak kalah pusing, mau nonton film apa lagi setelah serial Zhang Wu Ji ditamatkan?


Tagammu' Awwal, 29 Januari 2008, jam 12.25.

No comments: