Thursday, October 25, 2012

Senad Hadzic, Jalan Kaki dari Bosnia ke Mekkah


Akhirnya Senad Hadzic, muslim asal Bosnia tiba di Tanah Suci Mekkah kemarin, Selasa (23/10). Pria berusia 47 tahun ini telah berjalan kaki kurang lebih 5.000 km dari kampung halamannya untuk mewujudkan impian menunaikan ibadah haji.

Senad memulai perjalanannya Desember tahun lalu melewati Bosnia, Serbia, Bulgaria, Turki, Suriah dan Yordan hingga Arab Saudi. Dengan bekal 200 Euro dan tas ransel seberat 20 kg, Senad berjuang menghadapi cuaca ekstrem, medan berat serta wilayah konflik.

Semoga bisa jadi inspirasi :)

Wednesday, October 24, 2012

Gara-gara Kaos




Jembatan Kota Intan dan Kali Besar--yang bau busuk--sebagai latar belakang.


"Ngomong apaan sih orang ini sebenarnya?"pikir Leo sambil melirik saya yang sok tahu.
Biasanya, turis asing jadi pusat perhatian di Indonesia. Sering terjadi, wisatawan mancanegara diajak foto oleh penduduk setempat. Tapi ini lain, saya dan kawan-kawan yang sedang napak tilas di Jembatan Kota Intan di area Kota Tua malah diajak foto oleh bule. Jurgen (Jerman) dan Leo (Venezuela) terperanjat begitu tahu kami berasal dari Banjarmasin. Penyebabnya adalah desain kaos saya yang mirip amplop dan bertulisan  "from Kalimantan". Antusias sekali.

Kebetulan karena mereka berdua Sabtu pagi berniat terbang ke Banjarmasin lalu kemudian bertandang ke taman nasional Tanjung Puting, hutan lindung untuk orang utan. Leo menyodori kami buku panduan wisata Kalimantan terbitan Lonely Planet. Tentu kami bingung karena buku itu berbahasa Prancis--kosakata Prancis yang saya ketahui hanya Bonjour, Bonsoir dan Merci.   

Untung saja bahasa Inggris kami--apalagi saya--yang artikulasinya acak kadut masih mereka mengerti. Dengan kemampuan bahasa yang terpatah-patah, saya berhasil membuat mereka manggut-manggut. Jurgen yang berkebangsaan Jerman tambah sumringah begitu tahu kami cukup mahir berbahasa Arab. 

Enam orang dari tiga negara berbeda dipersatukan oleh dua bahasa yang berlainan pula.

Saturday, October 20, 2012

Suatu Pagi Tanpa Mobil

Dua anggota Ultras Ahlawy yang terkenal itu.
Sekedar narsis saja.

Dudi, masih saja tambun. Dan masih cinta mati kepada Arsenal.
Minggu, 15 Oktober 2012. Tadi malam saya main futsal sejam penuh, jam sembilan malam berangkat ke Salemba, tepatnya kos Dudi dan Nasrul. Pagi-pagi buta lari jogging Salemba-Monas-Bunderan HI, ikut menikmati pagi tanpa mobil. Akibatnya pulang ke Asrama dengan badan lunglai, tidur dari magrib sampai setengah empat pagi.

Tuntutan Hari Jum'at


Jum'at, 5 Oktober. Ikut demo menuntut peningkatan jatah listrik buat Kalimantan. Selepas shalat Jum'at kami bergerak ke Bundaran HI lalu menuju Istana Negara. Sayang, saya ketinggalan bus rombongan ke Istana.

Wednesday, October 10, 2012

The Melody: Pengorbanan dalam Romansa yang Tanggung


Jarang terjadi saya menonton film romantis di bioskop. Tapi bukan berarti saya anti 100% genre percintaan. Kalau bukan karena dapat tiket gratis, mungkin saya akan lebih memilih film laga atau komedi. Kali ini saya beruntung, mendapatkan beberapa tiket nonton gratis dari kuis yang diadakan di forum Kaskus. Maka ikutlah bersama saya, teman-teman saya yang brutal, laki-laki.

Alkisah seorang penyanyi bernama Wind mengalami sebuah prahara. Perlahan-lahan pamornya mulai turun, lagu-lagunya tak lagi jadi favorit. Penderitaannya bertambah karena manajemen tempat dia  bernaung justru mengorbitkan penyanyi pendatang baru yang lebih menjanjikan.

Wind yang mulai galau, memilih menyepi ke sebuah kota kecil. Saya sebenarnya heran, kok bisa-bisanya Wind yang terhitung lelaki dewasa, karena persoalan yang agak sepele bisa bertindak kekanak-kanakan seperti itu, merajuk hingga manajernya di Bangkok pun kelabakan. Mungkin ini didasari oleh sikapnya yang agak angkuh dan egois. Dasar Wind, bikin malu kaum lelaki saja.

Sunday, October 7, 2012

101% Cinta Indonesia. Mengolok, Menertawakan, Tapi Tetap Cinta

Tulisan di halaman foto mengalami sedikit editing, untuk memperjelas tulisan.

Tak sengaja, sambil numpang baca di salah satu toko buku terkemuka di Jakarta, saya menemukan buku 101% Cinta Indonesia karya komikus lokal berinisial vbi_djenggoten (entah siapa nama aslinya). Isinya bikin saya terpingkal-pingkal, sampai-sampai ibu separuh baya yang berada di rak sebelah nyeletuk, "Baca apa sih dik? Kayaknya lucu banget..." ujarnya ingin tahu. Saya hanya tersenyum malu sambil menunjukkan sampul buku ini. Mudah-mudahan saya tidak dikira mengidap kelainan yang macam-macam.

Obrolan Busway



Matahari sudah merendahkan diri ke ufuk barat. Apabila dalam hari-hari kerja, sore segini, jalanan Jakarta hampir pasti ramai luar biasa. Maklum, orang-orang pulang kerja ke rumah masing-masing. Anak-anak sekolah pun ada yang baru menyelesaikan pelajarannya. Pokoknya tumplek blek. Kalau sudah hari libur, barulah jalanan agak lenggang. Tapi di beberapa titik keramaian, kaidah ini tidaklah berlaku. Tetap saja ramainya bikin kita mengucap Masya Allah meski dalam kurun waktu week-end.

Angkutan umum pun ikut dalam siklus ini. Karena memang jumlah armada kendaraan umum sangatlah kurang jika dibandingkan total penduduk ibukota yang hampir mirip padang mahsyar, setiap hari berjubellah umat manusia ini dalam busway, metro mini dan angkot.

Andai aktivis Hak Asasi Manusia PBB berkunjung ke sini, niscaya mereka akan memberikan sanksi buat Pemerintah kita menyangkut perihal nasib penumpang angkutan umum. Lihat saja, bus tanggung seperti Metro Mini dan Kopaja yang hanya muat sampai dengan 20an penumpang dipaksa untuk menampung lebih dari itu. Sampai-sampai ada yang bergelantungan di pintu, bus jadi miring ke sebelah kiri menahan beban yang berat sebelah. Yang di ada dalam, berdiri berhimpitan tak tentu juntrungnya, bak ikan sarden dalam kaleng—demikian ungkap salah satu kolumnis di situs travelling Fodor’s mendeskripsikan realita transportasi di negara-negara berkembang.

Di tengah hiruk pikuk ini, saya juga ikut serta. Butuh waktu seperempat jam menunggu untuk bisa naik busway ke arah Blok M dari halte Bank Indonesia. Memang setiap lima menit armada bus datang, cuma selalu penuh. Baru pada bus ke empat saya bisa ikut serta itu pun harus berdiri di sela-sela ketiak para pria kekar.

“Gimana sih mas ini, kok cuma satu orang yang bisa masuk,”

Tuesday, October 2, 2012

Cepatlah Insyaf!

Di karangan bunga itu tertulis: Mengenang 7 Hari anak/ sahabat kami: Alawy Yusianto Putra. Kelas X SMAN 6 Jakarta.

Di tengah perjalanan sebelum kelas malam di Jl Sudirman, saya singgah sebentar di kawasan Bulungan, dekat Blok M Plaza. Bukan apa-apa, saya hanya ingin beli gorengan yang dijual di pinggiran jalan karena sebuah alasan klise; lapar. Memang sebelum berangkat saya sempat makan sedikit di Asrama, tapi mungkin karena perjalanan yang cukup jauh (Ciputat-Sudirman sekitar 15 km) sepiring nasi dan sayur asem bagai lenyap tak berbekas.

Maka motor saya berhenti untuk membeli seplastik cemilan berisi tahu, tempe dan pisang goreng. Bukan snack yang menyehatkan memang, karena jajanan jenis ini banyak sekali mengandung kolesterol. Rakyat Indonesia sangat lekat sekali dengan segala kudapan yang digoreng. Bisa jadi karena 'menggoreng' adalah salah satu cara tercepat untuk membuat masakan matang karena sifat alamiah minyak goreng yang cepat mencapai temperatur tinggi.