Sunday, September 22, 2013

Kaka Noni


Akhir pekan memang selalu ditunggu-tunggu. Dan begitu Jum’at petang, beban serasa menguap dari ubun-ubun kepala. Sifatnya memang sementara, paling banter tahan sampai dua hari. Sebab Senin pagi roda kehidupan berputar kembali. Makanya banyak yang bilang “I hate Monday , aku benci hari Senin!”. Kata-kata yang kurang bijak sebenarnya karena justru Senin lah pintu rezeki mulai dibuka.

Sebagai refreshing akhir pekan, biasanya paling tidak sekali sebulan, teman-teman sekantor mengajak karaoke. Saya sih tidak masalah dengan hiburan ini, cuma saja saya lebih memilih menyisihkan diri karena suara saya yang pas-pasan. Pernah saya ikut sekali, saat saya berdendang sepertinya muka kawan-kawan yang semula ceria berubah menjadi tegang. Malah ada yang pucat pasi, tak sanggup nada & not serampangan keluar dari mulut saya.

Jum’at sore, kalau sedang suntuk, sepulang kerja kadang saya menyempatkan mampir ke Mall yang berada satu jalur dengan jalan pulang. Tujuan saya bukan belanja, tetapi hanya mampir di toko buku. Kalau ada uang lebih, awal gajian misalnya, saya sisihkan sedikit buat beli buku yang kelihatannya menarik. Tapi jika memasuki masa panceklik akhir bulan, saya hanya numpang membaca saja. Bacanya buku apa saja; keagamaan, manajemen, sejarah, autobiografi band terkenal, tabloid olahraga hingga komik.

Ada perilaku pengunjung mall yang cukup unik, terutama laki-laki. Biasanya mereka jika terlihat berseliweran dan memakai jaket, apalagi memanggul tas ransel yang cukup ‘gemuk’ sudah tentu mereka adalah pengendara sepeda motor seperti saya. Inilah lelaki yang cuek dengan penampilan dan singgah di mall sepulang kerja. Adapun jika mengenakan kaos dan celana pendek ¾ atau selutut, hampir dipastikan pengendara mobil. Sungguh beresiko memakai celana pendek sambil naik motor, kalau siang bulu-bulu kaki bak terbakar, kalau malam dinginnya menusuk sela-sela kaki. Brrr…!

Komik dan buku cerita adalah salah satu metode penghilang stres yang cukup mujarab. Selain ceritanya yang menghibur, gambar-gambarnya juga sedap dipandang. Kalau dulu pada waktu saya SD, yang ngetren adalah komik Jepang (manga) Dragon Ball karya Akira Toriyama. Penggemar komik sekarang akrab dengan manga ninja Naruto dan kisah bajak laut One Piece.

Sunday, September 8, 2013

Mendoan Meradang



“Pak, tempenya 10 ribu ya …”

Malam itu saya menepi di sebuah gerobak penjual tempe mendoan di dekat tempat tinggal saya. Tempe mendoan adalah gorengan tempe tipis yang dilumuri adonan tepung. Konon kata mendoan berasal dari “mendo” dalam bahasa Jawa dialek Banyumasan yang artinya lembek atau setengah matang. Memang tempe mendoan agak lembek dan tidak serenyah gorengan umumnya. Oleh karenanya, biasanya kudapan khas Jawa Tengah ini lebih baik disajikan hangat dari wajan agar rasanya lebih afdol. Biasanya dihidangkan juga sambal kacang atau kecap sebagai pelengkap.

“Sekarang harganya naik jadi 2.500 dek, jadi 10 ribu cuma dapat empat potong,”  bapak asal Purwokerto ini terlihat berat untuk mengucapkan kenaikan harga dagangannya. Terakhir saya beli tempe di sini bulan puasa silam, 10 ribu dapat lima potong.

Dalam hening saya terhenyak beberapa saat. Ternyata efek kenaikan harga kedelai sudah berimbas pada salah satu snack kegemaran saya ini.  Baru tadi pagi saya membaca artikel bisnis di koran bahwa Indonesia terancam krisis ekonomi untuk kedua kalinya sejak 1997. Kenaikan dolar yang sejak Juli 2013 lalu menyentuh angkapsikologis Rp. 10.000 merupakan gejala awal yang ditakutkan. Hari ini (9 September) rupiah malah terpuruk jadi Rp. 11.200. Ketika nilai tukar rupiah atas dolar melemah, harga barang yang didatangkan dari luar negeri melalui impor juga akan naik. Salah satu komoditas impor itu adalah kedelai. dan krisis yang tidak kalah mengerikan akan ikut menyusul; krisis pangan.