Thursday, October 3, 2013

Please Judge the Book from its Cover

Rekan saya yang ruangannya di lantai 3 sekonyong-konyong turun ke meja saya di lantai 1. Rupanya dia ingin mem-print sampul untuk company profile perusahaan kami. Wajar saja karena printer warna cuma ada di meja saya. Jadinya printer di meja saya itu menjadi alat cetak paling sibuk di kantor. Mungkin kalau dia jadi manusia, printer ini bakalan minta uang lembur.

Begitu saya membuka file yang akan dicetak, saya miris melihat desain sampul itu. Saya tidak menyalahkan teman saya itu karena memang dia tidak lihai dalam seni atau desain. Yang membuat saya prihatin adalah, kalau sampai company profile ini sampai ke tangan mitra bisnis atau perusahaan lain. Bisa jadi perusahaan kami akan dipandang sebelah mata atau dihina!

Cover yang nestapa itu
Saya harus bertindak.

Hasil ulik-ulik 1

Hasil ulik-ulik 2
Dalam waktu yang singkat, saya coba ulik-ulik cover tersebut. Perubahannya simpel saja, hanya menambahkan garis-garis yang menjadi warna trade mark perusahaan kami.

Sunday, September 22, 2013

Kaka Noni


Akhir pekan memang selalu ditunggu-tunggu. Dan begitu Jum’at petang, beban serasa menguap dari ubun-ubun kepala. Sifatnya memang sementara, paling banter tahan sampai dua hari. Sebab Senin pagi roda kehidupan berputar kembali. Makanya banyak yang bilang “I hate Monday , aku benci hari Senin!”. Kata-kata yang kurang bijak sebenarnya karena justru Senin lah pintu rezeki mulai dibuka.

Sebagai refreshing akhir pekan, biasanya paling tidak sekali sebulan, teman-teman sekantor mengajak karaoke. Saya sih tidak masalah dengan hiburan ini, cuma saja saya lebih memilih menyisihkan diri karena suara saya yang pas-pasan. Pernah saya ikut sekali, saat saya berdendang sepertinya muka kawan-kawan yang semula ceria berubah menjadi tegang. Malah ada yang pucat pasi, tak sanggup nada & not serampangan keluar dari mulut saya.

Jum’at sore, kalau sedang suntuk, sepulang kerja kadang saya menyempatkan mampir ke Mall yang berada satu jalur dengan jalan pulang. Tujuan saya bukan belanja, tetapi hanya mampir di toko buku. Kalau ada uang lebih, awal gajian misalnya, saya sisihkan sedikit buat beli buku yang kelihatannya menarik. Tapi jika memasuki masa panceklik akhir bulan, saya hanya numpang membaca saja. Bacanya buku apa saja; keagamaan, manajemen, sejarah, autobiografi band terkenal, tabloid olahraga hingga komik.

Ada perilaku pengunjung mall yang cukup unik, terutama laki-laki. Biasanya mereka jika terlihat berseliweran dan memakai jaket, apalagi memanggul tas ransel yang cukup ‘gemuk’ sudah tentu mereka adalah pengendara sepeda motor seperti saya. Inilah lelaki yang cuek dengan penampilan dan singgah di mall sepulang kerja. Adapun jika mengenakan kaos dan celana pendek ¾ atau selutut, hampir dipastikan pengendara mobil. Sungguh beresiko memakai celana pendek sambil naik motor, kalau siang bulu-bulu kaki bak terbakar, kalau malam dinginnya menusuk sela-sela kaki. Brrr…!

Komik dan buku cerita adalah salah satu metode penghilang stres yang cukup mujarab. Selain ceritanya yang menghibur, gambar-gambarnya juga sedap dipandang. Kalau dulu pada waktu saya SD, yang ngetren adalah komik Jepang (manga) Dragon Ball karya Akira Toriyama. Penggemar komik sekarang akrab dengan manga ninja Naruto dan kisah bajak laut One Piece.

Sunday, September 8, 2013

Mendoan Meradang



“Pak, tempenya 10 ribu ya …”

Malam itu saya menepi di sebuah gerobak penjual tempe mendoan di dekat tempat tinggal saya. Tempe mendoan adalah gorengan tempe tipis yang dilumuri adonan tepung. Konon kata mendoan berasal dari “mendo” dalam bahasa Jawa dialek Banyumasan yang artinya lembek atau setengah matang. Memang tempe mendoan agak lembek dan tidak serenyah gorengan umumnya. Oleh karenanya, biasanya kudapan khas Jawa Tengah ini lebih baik disajikan hangat dari wajan agar rasanya lebih afdol. Biasanya dihidangkan juga sambal kacang atau kecap sebagai pelengkap.

“Sekarang harganya naik jadi 2.500 dek, jadi 10 ribu cuma dapat empat potong,”  bapak asal Purwokerto ini terlihat berat untuk mengucapkan kenaikan harga dagangannya. Terakhir saya beli tempe di sini bulan puasa silam, 10 ribu dapat lima potong.

Dalam hening saya terhenyak beberapa saat. Ternyata efek kenaikan harga kedelai sudah berimbas pada salah satu snack kegemaran saya ini.  Baru tadi pagi saya membaca artikel bisnis di koran bahwa Indonesia terancam krisis ekonomi untuk kedua kalinya sejak 1997. Kenaikan dolar yang sejak Juli 2013 lalu menyentuh angkapsikologis Rp. 10.000 merupakan gejala awal yang ditakutkan. Hari ini (9 September) rupiah malah terpuruk jadi Rp. 11.200. Ketika nilai tukar rupiah atas dolar melemah, harga barang yang didatangkan dari luar negeri melalui impor juga akan naik. Salah satu komoditas impor itu adalah kedelai. dan krisis yang tidak kalah mengerikan akan ikut menyusul; krisis pangan.

Tuesday, August 27, 2013

Menara Keenam

Menara masjid yang baru rampung itu
Menara masjid di samping rumah saya sudah tegak berdiri. Butuh waktu 2 bulan untuk menyelesaikannya. Menurut kabar yang beredar, pembangunan itu memakan dana tidak kurang dari 75 juta rupiah. Untuk mempercantik penampilannya, dipasang lampu-lampu yang gemerlapan saat malam hari.

Kalau saya berdiri dari jemuran di lantai dua rumah kami lalu mengedarkan pandangan, genap sudah ada 6 menara yang terlihat. 5 menara lainnya adalah tower BTS milik 4 perusahaan jasa telekomunikasi seluler dan sisanya adalah pemancar stasiun tv lokal. Selepas shalat subuh, ibu biasanya mencuci di lantai atas rumah kami. Memang jemuran sengaja dibuat terbuka, tanpa atap di loteng menghadap arah terbit fajar. Sehingga sedari matahari terbit tengah hari, jemuran akan terus diguyur sinar matahari. Untuk mendukung tujuan tersebut, mesin cuci yang ada sejak tahun 2006 itu digotong ke atas beserta pipa dan selang untuk menyalurkan air.

Terlihat dengan jelas di timur laut lima menara BTS milik lima perusahaan penyedia jasa telekomunikasi seluler berdiri gagah. Di era canggih sekarang ini BTS atau Base Transceiver Station amatlah penting. Fungsinya adalah menjadi jembatan antara ponsel kita dengan jaringan hingga kita bisa berbicara dengan telepon di tempat lain.  Beberapa BTS dikontrol oleh Base Station Controller (BSC) yang terhubung dengan satelit atau kabel serat optik.

Saturday, August 24, 2013

Uwa

Uwa beraksi di Dapur. Saingan Masterchef


Mudik kali ini butuh perjuangan lebih karena saya harus menempuh jarak 200 kilometer dalam keadaan sakit. Sungguh tidak nyaman meski hanya duduk manis di samping  adik saya yang memegang kemudi. Biasanya jarak segitu bisa ditempuh 4-5 jam. Namun karena kami singgah di beberapa tempat dan saya yang harus sering istirahat kami menghabiskan waktu 8 jam. Apalagi di kecamatan Binuang—100 km dari Banjarmasin—macet sampai 3 kilometer. Maklum di sana ada objek wisata gua Batu Apu yang terkenal itu.

Kakek-nenek baik dari ayah dan ibu sama-sama sudah wafat. Jadi kami bersilaturahim ke saudara-saudara bapak & ibu di kampung sana. Karena jarang bertemu dengan sanak famili, hampir setiap rumah di kampung kami sambangi walau hanya sekadar bersalaman.

Yang paling berkesan tentu adalah kunjungan ke rumah Uwa. Menurut tradisi Banjar, Uwa atau Julak adalah sebutan bagi kakak dari ayah atau ibu. Uwa dan suaminya memang tidak dikaruniai anak, jadinya setiap para keponakannya datang, beliau menyambut dengan hangat. Syarif, sepupu saya yang sekolah di pesantren Ibnul Amin sampai ketagihan dimanja oleh Uwa. Pantas saja dia betah tinggal jauh dari orang tua di Banjarmasin.

Thursday, August 22, 2013

Mudik Pramuka


  
"Priiit!"

Sempritan peluit dari sepasang pramuka menyambut saya begitu turun dari Taksi di terminal 1C Bandara Soekarno Hatta. Bukan cuma saya, tapi empat orang turun sekaligus. Kebetulan pagi tadi kami sama-sama perantau yang menunggu Damri—Kependekan Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia, BUMN yang mengurusi angkutan umum. Saya heran kenapa tidak digunakan ejaan yang sudah disempurnakan saja: Jawatan Angkutan Motor Republik Indonesia alias JAMRI—dari dari terminal Lebak Bulus. Ditunggu lebih dari satu jam, bus tersebut tak kunjung datang. Padahal jam keberangkatan pukul 12 siang nanti. Karena sudah jam 9, entah siapa yang memulai, kami akhirnya bersepakat untuk urunan naik taksi, daripada terlambat dan tiket kami ‘hangus’. Malah kalau dihitung-hitung, biaya patungan hampir sama dengan ongkos tiket Damri.



Sepertinya para pramuka ini sengaja diturunkan untuk membantu mengatur kendaraan bermotor dan penumpang yang membludak di airport. Bayangkan saja, saat H-1 jumlah pemudik sudah mencapai angka 1 juta orang! Tugas utama mereka adalah membantu mobil berhenti dengan rapi di beranda untuk menurunkan penumpang. Mirip-mirip Polantas. Selain itu mereka juga melindungi para pejalan kaki yang menyeberang. Meski sudah tersedia zebra cross, masih cukup riskan jika mengingat banyaknya arus manusia dan kendaraan yang bersliweran menyambut mudik akbar ini. Oleh karena itu mereka diturunkan di setiap terminal keberangkatan dan kedatangan. Bisa jadi, pemerintah Provinsi Banten di mana bandara Soekarno Hatta berada ingin menghemat anggaran dengan para remaja ini. Daripada membayar polisi, misalnya, untuk satuan pengamanan tentu butuh biaya lebih besar.

Para pramuka tersebut berupa remaja, sekitar berusia 15-17 tahun. Rata-rata berbadan tegap, kulit agak gelap, berbintik kecil jerawat di wajahnya yang berminyak dan sudah jelas tidak seganteng personel Coboy Junior.

Saturday, May 18, 2013

Doa Segelas Jahe



Kami doakan yang makan/minum di sini jadi orang sukses, bahagia, dan sejahtera.

Setiap malam begitu pulang ke Ciputat, dua baris kalimat di atas selalu mencuri perhatian saya untuk melirik ke pinggir jalan. Tulisan itu terpampang di gerobak kaki lima di bilangan jalan Ir. Juanda.

Cukup mencolok, karena gerobak beroda dua itu berwarna kuning. penjualnya adalah seorang abang, saya taksir berusia awal duapuluhan, juga mengenakan kaos kuning. Tapi saya yakin, abang dan gerobaknya bukan sedang kampanye salah satu partai politik yang pernah berkuasa, yang juga menggunakan warna itu sebagai identitas kebesarannya.

Setelah berkali-kali—tak terhitung banyaknya—curi pandang, penasaran mendorong saya buat mampir di lapak tersebut. Saya tahu, bahwa secara sadar saya jadi salah satu korban marketing si empunya gerobak. Tak apalah, daripada saya tidak bisa tidur nyenyak malam ini.

“Jualan apa Bang?”

“Susu jahe”

“Ya, saya pesan satu”


Saturday, May 11, 2013

Kafein

Denging nyamuk mendendang 
senyap saja jemari menghitung butir tasbih
menggumam pepujian
di samping cawan berdedak ampas kopi

Thursday, May 9, 2013

Superstar di Sarang Mafia



Biasanya, film tentang olahraga akan mengetengahkan tema from zeroto hero, perjuangan seorang biasa yang akhirnya berhasil mencapai tujuanberkat kerja keras. Banyak sekali film bertema pakem macam ini diantaranyaGoal1-3 (Sepakbola), Glory Road (Basket), peraih Academy Awards seperti Moneyball (film baseball yang dibintangi Brad Pitt) dan the Blind Side (American Football) sampai produk lokal Garuda di Dadaku. Tidak ada yang salah dengan tema ini. Banyak pelajaran positif yang bisa diambil terutama perjuangan pantang menyerah dan kesabaran.

Sutradara Andibachtiar Yusuf mencoba sedikit berpaling dari pakem yang sudah lumrah ini. Dalam Hari Ini Pasti Menang, sineas yang juga pengusaha muda ini membuat sebuah dunia sepakbola Indonesia yang benar-benar baru. Lupakanlah sejenak keributan pengurus PSSI beberapa waktu lalu,pertikaian antar suporter hingga tim nasional yang tak kunjung juara. PSSI ala Andi adalah sebuah kesebelasan super power yang disegani. Liga Indonesia adalah liga papan atas Asia. Pemain kita pun bersliweran di klub-klub Eropa. Puncaknya,tim Merah Putih lolos ke Piala Dunia 2014 sampai babak perempat final sebelum takluk di tangan tuan rumah Brazil. Dongeng tak berhenti sampai di sini karena Gabriel Omar Baskoro (Zhendy Zein), penyerang andalan timnas jadi pencetak gol terbanyak di turnamen 4 tahunan itu.

Sepulang dari Brazil, Gabriel—tokoh utama kita—semakin masyhur saja.Gol-gol lahir begitu deras dari sepasang kaki tangkasnya untuk klub Jakarta Metropolitan. Dialah superstar yang ganteng, atletis, angkuh, arogan, bad-boy, suka main perempuan, bintang iklan sekaligus inpirasi bagi kawula muda.Mengingatkan saya dengan karakter Cristiano Ronaldo, pemain termahal dunia yang merumput di Real Madrid. Jika Ronaldo yang bernomor punggung 7 punya inisial CR7, maka Gabriel punya gelar yang tak kalah gahar; GO8! (Baca: Ge-O-Lapan)

Bukan film namanya kalau punya cerita semulusitu. Masalah besar timbul saat GO8 disinyalir terlibat kasus suap dan judi taruhan yang melibatkan mafia kelas kakap di Liga Indonesia. Yang membuat cerita makindilematis, jurnalis olahraga yang menginvestigasi isu yang menghebohkan itu adalah Andien Zulaikha (Tika Puteri), teman GO8 sedari kecil. Andien pun harus rela menerima teror dari pihak-pihak yang ingin wartawati ini tutup mulut.

Tuesday, April 23, 2013

Hujan




Tanah surga ini beraroma basah
Anak kecil berlarian menengadah tangan
Yakinlah, ini adalah berkah!

Sunday, April 14, 2013

Apa Dosa Belatung?



Membayangkan bentuk belatung saja saya sudah bergidik. Tergambar dalam benak saya, seekor hewan mungil warna putih keabu-abuan, kecil seujung kuku (mungkin lebih mungil lagi). Karena tak punya tangan dan kaki, dia bergerak dengan menggelojot-gelojotkan badannya,seperti ulat. Hewan ini biasa terdapat pada bangkai hewan, buah atau sayuran yang membusuk bahkan mayat dan luka pada tubuh manusia!

Kenapa belatung bisa terdapat ditempat-tempat aduhai seperti itu? Karena belatung adalah larva dari lalat. Benda-benda organik yang membusuk tersebut biasanya mengeluarkan aroma tertentu yang mengundang lalat untuk menaruh telurnya di sana. Telur in ikemudian menetas dan melahirkan makhluk “setengah imut” ini. Jika sudah cukup umur, tahap selanjutnya adalah fase kepompong sebelum menjadi lalat yang sempurna.

Hebatnya, tim perusahaan Mondo Media berhasil merubah imej belatung yang ini. Production House animasi asal Amerika tersebut memproduksi serial animasi berjudul “Larva” yang bikin heboh di salah satu stasiun tv swasta itu. Meski berasal dari Paman Sam, pada daftar tim produksi yang terdapat di awal dan akhir episode, tercantum nama orang-orang Korea lho.

Sunday, March 10, 2013

Help!: Ketika "Tangan Tuhan" Ikut Campur


Firman Widyasmara, mantan karyawan bank pemerintah membuat sebuah animasi stop motion ini hanya dengan papan tulis dan batang kapur. Proses pembuatannya dengan menggambar objek di papan tulis, memotret gambar tersebut lalu dihapus untuk diganti objek lain. Demikan terus menerus hingga lebih dari 100 gambar yang berbeda dalam durasi kurang dari satu menit.

Sederhana, tidak perlu komputer super canggih dan special effect. Kreatif dalam keterbatasan. :)

Monday, February 4, 2013

Kasturi dari Leluhur



Girang sekali rasanya melihat tumpukan buah kasturi di lapak-lapak pedagang di pasar Martapura. Buah ini termasuk langka. Sudah mulai sulit menemuinya di pasar kota Banjarmasin. Padahal dulu sewaktu SD, dengan mudah didapat di pedagang asongan. Biji kasturi termasuk sampah yang kerap mengotori pekarangan sekolah ketika itu.

Buah kasturi mirip mangga namun lebih kecil dengan bentuk bulat telur. Mungkin panjang buahnya berkisar antara 6-8 cm saja. Kulitnya hijau tua dengan bintik gelap. Daging buah berwarna kuning oranye dan agak berserat dan berbau harum manis membangkitkan selera. Cara memakannya bisa dikupas dengan pisau seperti mangga atau dikoyak manual dengan tangan atau gigi. Saya lebih menyarankan cara pertama—meski lebih rumit.

 Yang membuat buah ini istimewa adalah pohonnya memerlukan minimal 10 tahun untuk sekedar berbuah, bahkan lebih. Pohon yang terdapat sekarang rata-rata berusia lebih dari 50 tahun. Oleh karena itu kasturi sudah mulai jarang ditemui. Menurut acil (bibi, bahasa Banjar) penjual buah, kasturi ini didapatnya dari pasar buah di Astambul, 18 km dari Martapura. Penduduk kampung sekitar Martapura seperti Matraman dan Astambul masih membudidayakan tanaman yang sejak 1994 masuk IUCN Red List Threatened Species alias spesies yang hampir punah ini.

Dulu di dekat rumah saya di Sungai Lulut ada pohon kasturi yang berdiameter lebih 1 m. Sehabis hujan turun, kami berlarian ke sana mengambil buah yang jatuh. Menurut kesaksian Abah, pohon kasturi yang lebih besar pernah ada di desa kakek saya. Pohon yang konon berdiameter hampir 3 m tersebut harus dibabat untuk membangun rumah almarhum kakek. Menurut mitos penduduk lokal, karena berusia tua pohon yang jadi flora maskot provinsi Kalimantan Selatan ini adalah sarang jin.

Thursday, January 17, 2013

Kapur Barus



Akhir pekan. Sore-sore saya duduk di muka televisi bersama kawan-kawan di asrama. Waktu itu sedang tayang  acara infotainment di salah satu stasiun tv swasta.

“Acara sampah!” cetus Riri sambil mengusap jidatnya.

“Iya tuh, dari dulu gosip gak habis-habis. Ngapain juga orang cerai diekspos kaya gitu,” saya menambahi.

“Waduh…. Ini artis alay banget sih, pengen gue jitak,” ada lagi yang nyelutuk.

Begitulah, kutuk dan sumpah serapah berloncatan di kamar berukuran 3x3 meter itu. Kami semua menyesali adanya acara tidak bermutu itu. Merusak pola pikir penontonnya, terutama generasi muda. Tapi anehnya, kami justru tak beranjak hingga tayangan ini selesai 30 menit kemudian. Baru setelah wanita pembawa acara yang semlohai itu uluk salam, kami buru-buru pindah saluran.

Kali ini yang terpapar di tv adalah program budaya, jalan-jalan ke sebuah kota di Sumatera, Baros. Rupanya—seperti dituturkan narator acara tersebut—kota ini punya sejarah panjang. Panjang sekali, hingga abad-abad sebelum masehi. Kota yang berada di bagian barat Sumatera Utara ini di masa lampau terkenal seantero dunia sebagai penghasil kapur barus. Komoditas yang berasal dari kayu kamfer (Cinnamomum camphora) ini dipakai oleh para raja Mesir kuno sebagai tonik (obat kuat) dan obat-obatan, termasuk mengawetkan mumi 5 ribu tahun sebelum masehi. Konon kapur barus termasuk barang mewah untuk masa itu di Timur Tengah dan Eropa. Acara tersebut juga mengutip ayat al-Qur’an yang berbunyi:  

“Innal abraara yasyrabuuna min ka’sin kaana mizajuha kaafuuraa“ yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur” (QS. 76:5)

Ayat di atas menggambarkan keadaan para penghuni surga kelak. Kata “kafur” yang maksudnya adalah kapur barus menunjukkan bahwa benda ini sudah dikenal di Arab sejak dulu. Ini mengingat fakta bahwa Nabi Muhammad hidup di abad ke-7 hijriah saat menerima wahyu al-Qur’an.

Wednesday, January 2, 2013

Rindu Guru (Bag. 2)

#1
Kerinduan dengan para guru di pondok pesantren dulu mendorong saya untuk menulis sekelumit memoar ini. Tulisan ini juga adalah untuk membayar janji untuk melanjutkan catatan bagian pertama, Oktober 2011 silam. Janji adalah hutang, harus ditepati meski baru bisa terlunasi lebih dari setahun kemudian.

Kebetulan hari Minggu lalu (30/12) saya dan beberapa alumni berkunjung ke tempat KH Abdullah Syukri Zarkasyi menjalani terapi penyembuhan stroke di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Penyakit stroke terjadi pada pembuluh darah otak yang dapat menimbulkan kelumpuhan. Penyakit ini terjadi ketika darah yang masuk ke otak terganggu karena pembuluh darah dalam otak tersumbat oleh darah yang beku atau pecah, sehingga beberapa sel-sel saraf dalam otak tidak bisa berfungsi secara normal dan mati. Hal inilah yang menyebabkan kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara dan penurunan kesadaran seperti yang dialami Ustadz Syukri.

Tuesday, January 1, 2013

Qoute of the Year; KH Hasan Abdullah Sahal


"Kalau kamu tidak lebih baik daripada saya, lebih baik kamu tidak usah lahir, dan saya tidak usah mati! Hanya nambah jatah beras saja."

KH Hasan Abdullah Sahal