Friday, December 26, 2008

Armada Masa Depan

Sabtu, 20 Desember 2008.

Ini adalah tempat paling angker bagi para mahasiswa Indonesia. Cukuplah menziarahinya setahun sekali, jangan sampai lebih.Mitos kantor Imigrasi di Asrama Bu'uts amat sakral dan menyeramkan. Kita harus berjibaku, antri untuk bisa 'menyambung hidup' di Mesir melalui perpanjangan izin tinggal (residence permit/ iqamah muaqqatah). Tidak tanggung-tanggung, kalau lagi kurang beruntung, bisa dari pagi sampai zhuhur. Tapi jika dewi fortuna berpihak, paling 'cuma' berdiri 1-2 jam. Ketika petugas imigrasi sudah memberikan stempel perpanjangan iqamah setahun ke depan, rasanya seperti memenangi peperangan sengit. Meski begitu, Imigrasi Bu'uts bisa dibilang paling toleran terhadap mahasiswa asing. Dengan selembar surat keteragan dari fakultas, semua lancar. Tinggal beli formulir seharga 8 LE dan dan antri. Terlambat beberapa minggu pun tidak dikenai denda. Berbeda dengan Kantor Imigrasi Pusat di Tahrir, urusan bisa runyam jika terlambat memperpanjang iqamah yang mati. Untuk orang Indonesia dan Malaysia hanya diberi jatah hari Sabtu dan Senin, sisanya untuk bangsa-bangsa lain.

Hari ini aku harus terjun dalam medan perjuangan iqamah. 3 Januari 2009 nanti iqamahku habis. Sebenarnya bisa saja aku mengurus setelah ujian. Toh terlambat satu-dua minggu no problem, tapi lebih baik turuti peraturan kan?

Sejak tiba jam 9 pagi, aku harus menunggu jam 11 untuk mengumpulkan berkas. Minggu depan 'pergumulan' masih berlanjut, tapi hanya sekedar menunggu panggilan nama untuk pengesahan perpanjangan. Rentang waktu dua jam ini tidak terasa panjang dengan obrolan bersama. Rifani, teman sedaerah asal Banjarmasin yang baru pulang dari Indonesia. Dia banyak cerita tentang pengalamannya di Banjar, sesekali kami tertawa. Saking asyiknya, buku Filsafat yang sedari pagi tertenteng tidak kunjung selesai dibaca. Padahal aku sudah berniat untuk memanfaatkan waktu antri untuk melahap diktat kuliah. Ujian sebentar lagi sih!

"Selama Ramadhan aku sering diminta ngisi Kultum (kuliah tujuh menit) di Masjid. Orang melihat alumni Timur Tengah itu bisa segalanya, padahal kerjaan kita di Mesir ya kayak gini lah…."

"Pas ketemu teman-teman lama, aku beberapa kali diajak ke diskotik. Waduh! Hancur bener orang-orang itu! Mereka tidak mengerti kalau dunia kita sudah berbeda. Terpaksa tolak aja secara halus." Mau tak mau aku tergelak juga mendengar kisahnya.

Sebuah kesimpulan yang terus membayang selama perjalanan di atas bus dari Bu'uts; tanggung jawab besar sudah menanti di tanah air. Kewajiban membina masyarakat, generasi muda dan lingkungan. Gini-gini aku harapan umat, bangsa dan negara lho!


"Kitalah armada masa depan
Yang akan mengukir dunia
Raih semua bintang
Dan tebarkan sinarnya terangi semesta
Takkan dipungkiri
Nanti kita akan menjadi tua
Jangan dibiarkan bergulirnya waktu
Hanyalah memakan usia
Tak jelas tujuannya"

ARMADA MASA DEPAN - Ada Band

Wednesday, December 24, 2008

Mahasiswa yang Sedang Kalap

Hujan debu menyuruhku belajar

Serap bijak dari jilidan lembar-lembar

Mendaki baris abjad berjajar

Akulah mahasiswa terpelajar


Debu terus berkibar

Tunggangi cekam musim dingin

Merasuk perlahan dalam dinding

Pun dalam lantai berubin

Semua dingin, Aku menggigil


Debu berkecamuk di luar sana

Aih! Nalar batok kepalaku membabi-buta

Aku kalap luar biasa:

Aku santap rumus-rumus logika

Aku cerna teori dan fatwa

Aku kalap

Bukan malam ini saja

Malam berhujan debu di Cairo, 23 Desember 2008