Thursday, March 20, 2008

Bus Ada-ada Saja

Suara berderak terdengar di bawah kakiku. Bus perlahan menepi di Abbas el Aqqad, tapi tak ada yang peduli. Seluruh penumpang, termasuk aku mengira bus sedang menurunkan penumpang atau ada yang naik.

"Turun semuanya..." terdengar suara kondektur.

Aku berpandangan dengan orang Rusia di sebelah, saling mengangkat bahu.

Begitu turun, terkuaklah masalah yang sebenarnya. Ban kiri depan bocor, beberapa puluh senti di bawah tempat aku dan sobat Rusia berdiri.

"Kamu sih, tadi pagi kebanyakan makan, makanya bannya gak kuat nahan badan kamu yang berat," candaku sambil menepuk pundaknya.

Orang Rusia ini tersenyum sambil memperlihatkan barisan gigi depannya yang sudah kehilangan sebuah gigi seri. Aku juga tertawa kecil.

Akhirnya bersama Arwani meninggalkan sobat Rusia yang memilih menunggu di depan pom bensin Caltex, menuju Masjid Nuri Al Khithab. Di depan kampus Kulliyat el Banat tersebut banyak bus menuju Darrasah. Ada 3g, 24g dan 80. Apalagi banyak mahasiswi Azhar yang lalu lalang di sana, sekalian cuci mata. Tak lama berselang, bus 3g datang. Kalau naik angkutan ini kami akan melewati Universitas Ain Shams yang terkenal itu.

Jam 10.30 kami tiba di kampus. Kuliah Ulumul Hadits sudah dimulai, malah akan berakhir setengah jam lagi. Padahal kami berangkat jam 9 pagi. Gara-gara musibah yang tak disangka-sangka merubah semuanya.

Setelah shalat Zhuhur, aku bergegas pulang. Hari ini buku pinjaman dari Perpustakaan Mahasiswa Indonesia Kairo (PMIK) harus dikembalikan. Sebenarnya kemarin batas akhirnya. Pasti aku kena denda 3 pound.

Bus 65 yang tadi bocor menyambutku di depan toko selimut. Segera meloncat ke atas, berbaur dengan puluhan mahasiswa lainnya. Padahal ini bukan rute bus 65 yang sebenarnya. Mungkin sopirnya lagi malas, apalagi siang seperti ini banyak mahasiswa yang pulang ke H-10 dan Madinet el Thullab di H-6. Jalur gemuk lah....

Suhu di dalam bus cukup hangat. Maklum, sudah masuk musim semi. Aku sendiri sudah tidak pakai jaket, hanya memakai kaos dilapisi baju koko. Rupanya di atas bus mayoritas adalah mahasiswa Indonesia. Hanya beberapa orang Mesir asli. Sampai-sampai kondektur menyeletuk,
"Orang Indonesia datang ke sini untuk belajar bahasa Arab dan agama Islam. Sampai-sampai satu bus isinya orang Indonesia semua," selorohnya disambut senyum para penumpang yang geer dengan tingkah lelaki gendut ini.

"Khusy uddam!" katanya menyuruh para penumpang yang berdiri untuk maju ke depan mengisi ruang yang kosong.

Cuaca yang cukup gerah rupanya membikin otak cepat panas. Salah seorang mahasiswa Indonesia marah-marah kepada bang Kondektur.

"Jangan suruh-suruh maju ke depan dong, sudah sesak tuh," ucapnya dengan raut masam. Teman-teman Indonesia menyuruhnya sabar. Kondektur pun berusaha tersenyum memenangkan. Akhirnya kemarahannya pun mereda.
...
Irfan menyuruhku datang ke IKPM, buletin Cakrawala sudah siap dicetak. Sesampainya di sana buletin tinggal editing lay-out saja. Kabar ini benar-benar bikin hati sejuk. Tidak sia-sia aku begadang tiga hari di flat sobat kuliner ini dalam rangka mengedit tulisan yang masuk.

Azan Ashar menyadarkanku dari luapan kegembiraan. Aku harus cepat pulang, hari ini giliran aku masak di rumah. Mama pemilik rumah pun rencananya mau datang, menagih uang bulanan sewa flat.

No comments: