Monday, March 21, 2011

Lamanya 35 Tahun

Wael Ghanim
Mari kita berkenalan dulu dengan pria yang satu ini:

Nama: Wael Ghanim. Usia: Baru 30 tahun. Kewarganegaraan: Mesir tulen. Pekerjaan: Manajer Pemasaran Timur Tengah Google Inc. di Dubai.  Status: Sudah beristri 1, punya anak 2

Berawal dari internet, Wael Ghanim menyulut api revolusi Mesir yang membara. Dialah orang yang membentuk grup “We are All Khaled Saed” di jejaring sosial Facebook. Grup ini pada mulanya didedikasikan untuk Khaled Saed, pemuda berusia 28 tahun yang tewas akibat kekerasan polisi Mesir. Masyarakat menemukan jasad Khaled bonyok tak bernyawa di jalanan kota Alexandria.

Grup ini terus berkembang dengan anggota yang makin banyak. Demonstrasi besar-besaran tanggal 25 Januari 2011 lalu di Tahrir Square disinyalir salah satunya berawal dari grup ini. Maka tak heran, pemerintah sempat memblok akses internet dan komunikasi seluler selama beberapa hari untuk mencegah mobilisasi massa lewat situs Facebook dan Twitter. Aparat pun menciduk Ghanim.

Usaha tak berguna. Demonstrasi makin panas dan beracun. Puncaknya, rezim presiden Mubarak runtuh tanggal 11 Februari  2011. Kursi empuk berumur 3 dekade itu pun harus digotong keluar istana negara.

Monday, March 14, 2011

Ikan Pun Doyan Mitos


Sudah lama saya meninggalkan ranah Banjar. Banyak hal yang makin saya rindui di perantauan. Apalagi terhadap makhluk air bernama haruan alias ikan gabus. Bukan rahasia lagi kalau orang Banjar adalah penggemar berat ikan. Urat-urat sungai yang mengakar dan bentangan rawa di bumi Kalimantan mempengaruhi budaya konsumsi masyarakat daerah ini. Malah penduduk bisa menemukan haruan dan ikan lain dengan mudah di barumahan—bagian bawah rumah panggung yang tergenang air atau terimbas aliran sungai.

Haruan jauh dari potongan ikan cantik rupa, apalagi imut seperti ikan hias dalam akuarium. Badan bulat panjang dengan sisik hitam serupa baju zirah. Kepala yang lonjong menopang sepasang mata bulat di atas mulut. Kulit sepanjang perut haruan berawarna agak sedikit terang. Karena perawakan inilah, sebagian peneliti fauna memberi gelar snake fish atau ikan ular.

 Berkat desain insang yang unik, haruan dapat hidup dalam benaman lumpur yang minim oksigen. Ia juga bisa bertahan lama di darat tanpa air. Oleh karenanya, jangan meremehkan ikan ini karena ia bisa ‘meloloskan diri’. Pernah waktu saya kecil dulu, haruan yang baru dibeli ibu saya meloncat dari baskom di dapur lalu berjalan meliuk-liuk bak ular sebelum akhirnya kabur ke barumahan. Kejadian traumatis ini terus membekas dalam benak saya.

Wednesday, March 9, 2011

Sebulan Cukup 4500


Matahari tergelincir ke arah barat. Bulir-bulir peluh tumbuh di ubu-ubun dan dahiku. Dua-tiga tetes merayap turun di pelipis. Begitu mudah cuaca berubah drastis di Banjarmasin. Siang seperti ini panas membara, lalu bisa-bisa menjelang sore turun hujan deras. Kata orang dalam angkot tadi, sudah hampir dua tahun iklim tidak stabil seperti ini. Keadaan ekstrim ini katanya juga melanda seluruh kepulauan Indonesia yang luas. Para petani banyak gagal panen, pasalnya tanaman padi yang sudah menguning terendam banjir. Akibat pemanasan global kah?

Sambil melayani pergumulan di benakku tadi, aku bergegas menuju terminal angkot di kawasan Pasar Sentra Antasari. Sebenarnya keputusanku ini  kurang bijaksana, karena angkot yang ngetem di terminal biasanya menunggu penumpang cukup penuh dulu sebelum jalan. Namun aku tidak punya cukup tenaga lagi untuk berjalan 300 meter menuju lampu merah. Di sini biasanya tinggal mencegat angkot yang sudah berisi penumpang dan siap tancap.

Rupanya di dalam angkot berkelir kuning-putih ini baru ada satu penumpang. Seorang kakek bersongkok beludru hitam di atas rambutnya yang sudah putih. Mumpung bangku di samping sopir sedang kosong, aku memilih duduk di depan saja. Biar nanti gampang kalau mau turun.

“Turun di mana Nak?” Kakek yang duduk di belakang itu membuka pembicaraan.