Monday, September 12, 2011

Jangan Takut Naik Pesawat

Perdana Menteri Rusia, Vladimir Putin ikut hadir mengucapkan belasungkawa atas musibah tim Lokomotiv
Pesawat pribadi yang membawa tim hoki es Lokomotiv Yaroslavl mengalami kecelakaan saat lepas landas dari bandara Yaroslavl, Rusia seminggu lalu (7/9). 43 penumpang tewas termasuk 36 pemain Lokomotiv yang akan bertanding di Minsk, Belarusia. Sungguh kejadian yang tragis, Lokomotiv pun membatalkan keikutsertaan mereka dalam liga hoki tersebut. Para suporter memberikan penghormatan kepada para pemain dengan mengheningkan cipta dan memasang foto mereka di atas lapangan.

Tahun 1958 kejadian serupa pernah menimpa kesebelasan Manchester United (MU). Tim sepakbola asal Inggris ini harus kehilangan delapan pemainnya. Pesawat yang membawa mereka tergelincir di bandara Munich, Jerman. Pelatih Matt Busby mengalami cedera parah dan harus dirawat selama dua bulan. MU harus berjuang dengan pemain yang tersisa di bawah asisten pelatih Jimmy Murphy. Murphy yang tidak ikut rombongan membangun kembali MU dengan merekrut pemain junior untuk melengkapi tim agar bisa berlaga di kompetisi. Diantara Busby Babes (sebutan untuk pemain binaan Busby) yang selamat adalah Bobby Charlton dan kiper Harry Gregg.

Busby Babes yang tersisa ditambah pemain-pemain baru berhasil membawa MU ke final Piala FA 1958 di stadion Wembley melawan Bolton. Meski akhirnya kalah, pencapaian ini dianggap luar biasa karena MU bisa bangkit pasca tragedi Munich tersebut.

Bobby Charlton akhirnya menjadi salah satu pemain legenda Inggris. Prestasinya yang paling dikenang adalah membawa negaranya juara Piala Dunia 1966. Tiga tahun kemudia Bobby mendapat gelar Order of the British Empire dari pemerintah Inggris Raya. Sejak saat itu Charlton berhak menyematkan gelar “Sir” di depan namanya. Sekarang pria kelahiran tahun 1937 ini menjabat sebagai salah satu direksi pimpinan MU. Tragedi Munich ini difilmkan oleh BBC April 2011 silam.

Kecelakaan memang tidak bisa dielakkan dari dunia transportasi. Seteliti apapun manusia mempersiapkan pencegahan, tetap saja ada musibah. Semakin besar alat transportasinya, semakin besar pula resikonya, semakin besar pula persiapan untuk keselamatan penumpang. Makanya, pengarahan pemasangan pelampung dan aturan keselamatan lainnya merupakan hal yang wajib disampaikan dalam setiap penerbangan. Jangan heran pula kalau tidak ada prosedur serupa ketika kita naik ojek atau angkot he… he….

Ketika sekolah di pesantren di Ponorogo, salah seorang teman pernah mengomentari saya yang berasal dari luar Jawa. “Ngeri juga ya ente tuh kalau pulang ke Banjarmasin naik pesawat. Kenapa gak naik kapal aja, kan resikonya lebih sedikit,” dia khawatir melihat seringnya berita kecelakaan pesawat di koran. “Tiket pesawat tuh harganya kurang lebih hampir sama dengan naik kapal. Ya lebih milih pesawat dong…. Kalau memang takdir, naik apapun bahkan delman sekalipun bisa kecelakaan juga...” jawab saya.

Saat itu sekitar tahun 2005, banyak maskapai baru bermunculan. Perang tarif sedang ramai-ramainya. Tarif pesawat dari Surabaya ke Banjarmasin tidak jauh beda dengan tiket kapal laut. Mungkin karena ingin menekan harga, ada beberapa maskapai yang menggunakan pesawat lama yang kurang layak pakai. Walhasil, kita sempat mendengar pesawat milik Dodol Airlines (nama sengaja disamarkan) tergelincir beberapa kali di landasan pacu. 

Jangan takut naik pesawat. Tugas manusia hanyalah berusaha untuk mencegah musibah. Bagaimanapun juga Allah-lah yang mengatur segalanya. Makanya jangan lupa berdoa, bukan hanya ketika naik pesawat tapi juga transportasi lainnya. “Bismillahi majreha wa mursaha inna Rabbi laghafurun rahim….”

Yang membuat saya miris, Indonesia begitu sering muncul di channel luar negeri. Kalau tidak kecelakaan transportasi pasti bencana alam. Yang paling sering ‘bikin ulah’ adalah BBC dan Aljazeera, biasanya dalam bentuk running text di layar TV. Saya juga heran, begitu peka pers asing mengendus berita seperti itu. Padahal kejadian serupa pasti terjadi di belahan bumi lain. Seakan-akan dunia berkomplot untuk menjatuhkan nama bangsa kita. Atau bisa jadi hanya ini yang menarik dari Indonesia bagi media luar.  Wallahua’lam.

 Saqr Quraisy, 12 September 2011.
Ditulis atas rekomendasi Mas Rifqi Arriza

No comments: