Sunday, July 19, 2009

Tiga Hari untuk Bersedih dan Berbangga


Kamis, 16 Juli 2009
Setengah tak percaya aku mendengar kabar wafatnya Badrun. Saat itu aku masih berada di Wisma Nusantara, Rabea el Adawea karena ada kegiatan yang diselenggarakan
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Mesir. Salah seorang teman menyodorkan rekaman percakapannya melalui aplikasi chatting Yamee! di ponselnya yang mengabarkan berita tersebut. Masih tak percaya, aku buka Yahoo! Messenger di ponselku dan kudapatkan banyak pesan offline memberitakan kabar duka; adik kelasku Badrun Syamsu Rangga Dyka meninggal akibat tenggelam di pantai Sharm el Sheikh. Teman-teman lainnya yang ikut rombongan tour ke Sinai sempat memberikan pertolongan namun Allah memanggilnya dalam perjalanan ke Rumah Sakit. Malam setelah selesai acara, aku mampir di Sekretariat IKPM Cab. Kairo, ingin memastikan kejadian itu. Ternyata kabar yang tidak aku harapkan itu bukan isapan jempol belaka. Di IKPM sudah ada beberapa senior termasuk Abdullah Yazid, Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia Mesir. Pemuda asal Ponorogo ini memang terkenal mudah bergaul dengan siapa saja. Tak heran, kepergiannya menoreh jejak duka yang membekas. Selamat jalan Sahabat! Rezeki, jodoh dan ajal memang sudah tertulis atas kehendakNya.

Jum'at, 18 Juli 1987

Teroris sialan! Jakarta kembali diguncang ledakan bom. Setelah selama tiga setengah tahun relatif aman dari kejadian bernuansa terorisme, pagi ini Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton Hotel luluh lantak. Parahnya, hotel Ritz menurut rencana adalah tempat menginap pemain tim sepakbola Manchester United selama di Jakarta. Buntutnya, kesebelasan besutan Sir Alex Ferguson ini membatalkan pertandingan ujicoba melawan Indonesia All Star. Aku memang bukan penggemar fanatik United, tapi gagalnya tur tim berjuluk 'Setan Merah' ini ke Indonesia membuat wajah kita tercoreng. Apalagi jika menyangkut cita-cita menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Yang lebih mengesalkan adalah respon pemerintah yang mengkait-kaitkan tragedi ini dengan isu konspirasi politik. Bah! Jadi tambah puyeng kepalaku!

Sabtu, 19 Juli 2009
Ba'da shalat Zhuhur, jenazah Badrun dishalatkan di Masjid As Salam. Menurut rencana, besok almarhum akan diterbangkan ke Indonesia untuk dikebumikan di tanah kelahirannya Ponorogo sesuai permintaan keluarga. Bapak A. M. Fachir, Duta Besar Indonesia di Cairo juga ikut hadir dan memberikan sambutan seusai shalat jenazah. Beliau berpesan agar kita selalu berlomba berbuat kebaikan agar nantinya ketika harus meninggalkan dunia yang fana ini meninggalkan jejak yang bermanfaat bagi orang lain seperti yang sudah dicontohkan alm. Badrun. Sebulan silam, buku karangan Badrun diterbitkan oleh Lingkar Pena Publishing House, salah satu penerbit terkenal. Badrun menggunakan nama pena 'Fahdin Ardhain' ketika merampungkan buku berjudul 'Diary Dodol ABG Ngocol' ini. Laman Lingkar Pena di Multiply pun merilis berita belasungkawa.

Di luar pagar masjid aku bertemu Hafidz Apriliyan, teman sekelasku dulu di Pesantren. Hafidz yang kuliah di fakultas Bahasa Arab di luar dugaan meraih nilai mumtaz (cum laude). Mahasiswa fakultasi ini memang lebih sedikit dibanding dengan fakultas Ushuluddin & Syariah sehingga nilai ujian semester akhir kemarin juga lebih dahulu turun. Selamat Kawan!

Jujur, aku iri sekaligus bangga dengan mereka berdua.

No comments: