Thursday, May 9, 2013

Superstar di Sarang Mafia



Biasanya, film tentang olahraga akan mengetengahkan tema from zeroto hero, perjuangan seorang biasa yang akhirnya berhasil mencapai tujuanberkat kerja keras. Banyak sekali film bertema pakem macam ini diantaranyaGoal1-3 (Sepakbola), Glory Road (Basket), peraih Academy Awards seperti Moneyball (film baseball yang dibintangi Brad Pitt) dan the Blind Side (American Football) sampai produk lokal Garuda di Dadaku. Tidak ada yang salah dengan tema ini. Banyak pelajaran positif yang bisa diambil terutama perjuangan pantang menyerah dan kesabaran.

Sutradara Andibachtiar Yusuf mencoba sedikit berpaling dari pakem yang sudah lumrah ini. Dalam Hari Ini Pasti Menang, sineas yang juga pengusaha muda ini membuat sebuah dunia sepakbola Indonesia yang benar-benar baru. Lupakanlah sejenak keributan pengurus PSSI beberapa waktu lalu,pertikaian antar suporter hingga tim nasional yang tak kunjung juara. PSSI ala Andi adalah sebuah kesebelasan super power yang disegani. Liga Indonesia adalah liga papan atas Asia. Pemain kita pun bersliweran di klub-klub Eropa. Puncaknya,tim Merah Putih lolos ke Piala Dunia 2014 sampai babak perempat final sebelum takluk di tangan tuan rumah Brazil. Dongeng tak berhenti sampai di sini karena Gabriel Omar Baskoro (Zhendy Zein), penyerang andalan timnas jadi pencetak gol terbanyak di turnamen 4 tahunan itu.

Sepulang dari Brazil, Gabriel—tokoh utama kita—semakin masyhur saja.Gol-gol lahir begitu deras dari sepasang kaki tangkasnya untuk klub Jakarta Metropolitan. Dialah superstar yang ganteng, atletis, angkuh, arogan, bad-boy, suka main perempuan, bintang iklan sekaligus inpirasi bagi kawula muda.Mengingatkan saya dengan karakter Cristiano Ronaldo, pemain termahal dunia yang merumput di Real Madrid. Jika Ronaldo yang bernomor punggung 7 punya inisial CR7, maka Gabriel punya gelar yang tak kalah gahar; GO8! (Baca: Ge-O-Lapan)

Bukan film namanya kalau punya cerita semulusitu. Masalah besar timbul saat GO8 disinyalir terlibat kasus suap dan judi taruhan yang melibatkan mafia kelas kakap di Liga Indonesia. Yang membuat cerita makindilematis, jurnalis olahraga yang menginvestigasi isu yang menghebohkan itu adalah Andien Zulaikha (Tika Puteri), teman GO8 sedari kecil. Andien pun harus rela menerima teror dari pihak-pihak yang ingin wartawati ini tutup mulut.

Lumrah saja, ketika olahraga sudah jadi industri kapitalis yang digerakkan oleh uang, bisnis kotor macam itu pasti mudah berkembang. Sifat manusia yang rakus dan ingin memperkaya diri dengan cara mudah makin menyuburkan perjudian. Walau Rhoma Irama sudah memperingatkan tetap saja game of chance ini ramai diikuti orang di belahan bumi manapun, dari gedung kantoran, café, warteg, kampus, sampai pos siskamling. Parahnya judi sudah jadi lingkaran hitam yang melibatkan orang kaya, penguasa, media dan aparat—yang seharusnya—berwenang. Supaya bisa mengambil harta orang lain yang jadi barang taruhan, orang menempuh jalan keji, termasuk menyuap wasit, pelatih dan pemain untuk mengatur skor pertandingan. Semua dibeli dengan uang supaya harta orang lain berpindah tangan.

Judi! Menjanjikan kemenangan
Judi! Menjanjikan kekayaan
Bohong! Kalaupun kau menang
Itu awal dari kekalahan
Bohong! Kalaupun kau kaya 
Itu awal dari kemiskinan

(Judi oleh Rhoma Irama & SonetaGroup, 1989)

Tengok saja di beberapa liga raksasa Eropa. Masih hangat skandal pengaturan skor yang terjadi di Serie A, kompetisi kasta tertinggi di Italia tahun 2006. Akibat terlibat calciopoli itu, banyak pesepakbola kena sanksi. Malah gelar juara Juventus juga harus dicopot. Perkembangan terbaru satu dekade belakangan ini di Eropa, bandar taruhan dan judi sudah tidak malu-malu lagi. Merek perusahaan haram tersebut sudah menghiasi bagian depan kostum tim-tim papan atas. Bagaimana bisa bandar taruhan yang berkepentingan dengan kalah-menang pertandingan jadi sponsor utama klub? Hal ini tidak luput dari sindiran sutradara. Seingat saya, setidaknya ada dua adegan dimana ada petaruh memakai kaos kesebelasan beken asal Spanyol yang disponsori bandar taruhan tersebut.

Kejutan dari Indramayu

Film ini adalah lanjutan dari novel Menembus Batas karya Estu Ernesto. Kebetulan saya sudah baca buku setebal 200 halaman tersebut. Pada novel di atas dikisahkan perjuangan Baskoro, ayahnya yang membesarkan Gabriel hingga menjadi pesepakbola handal dan menembus tim nasional. Sebagai sambungan cerita, film ini tetap bertema perjuangan. Ya,perjuangan GO8 harus melawan diri sendiri dan keserakahan bisnis sepakbola.

Sebagai aktor pendatang baru, Zendhy lumayan sukses menerjemahkan karakter GO8 si idola. Walau harus diakui, dalam beberapa scene GO8 terlihat canggung dan tanpa emosi apalagi saat berdua dengan bapaknya.Tapi yang membikin kaum Adam tetap betah menonton adalah sosok Andien, dara metropolis yang cerdas, enerjik  namun tetap anggun. Sayang potensi asmara antara dua insan ini kurang digali, padahal tetap perlu sebagai bumbu cerita. Baru nanti di penghujung kisah, pertanyaan tentang status hubungan dua sejoli ini sedikit diungkap.

Dan lagi-lagi dua aktor senior mendapat peran spesialisasi masing-masing. Mathias Muchus yang berhasil jadi ayah Melayu dalam Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi kembali menjadi bapak. Kali ini Bang Mathias memerankan lelaki Jawa yang jujur, patriotik dan penyayang anak.Sedangkan Ray Sahetapy didapuk jadi coach Bramantyo, pelatih Jakarta yang menemukan bakat GO8. Terakhir kali saya melihat Om Ray dalam film laga The Raid, sebagai bos gangster yang tak punya nurani. Dasar rezeki, untuk saat ini beliau lagi-lagi memerankan tokoh yang akan bikin penonton benci sekaligus geregetan.

Adegan pertandingan yang cukup realistis merupakan hasil arahan Rochy Putiray, penyerang timnas Indonesia era 90-an. Emosi antar pemain dan penonton pun terasa panasnya. Lelaki asal Ambon yang sempat jadi bintang di Liga Hongkong ini tampil sebagai asisten pelatih Jakarta Metropolitan. Pemain eksentrik dengan rambut warna-warni ini tetap dengan ciri khasnya ,memakai sepatu yang berbeda warna kiri-kanan. Para pemain sepakbola nasional betulan juga ikut mendukung semacam Atep, Hasyim Kipuw, Andriatany dan Joko Sasongko. Andai saja adegan pertandingan pamungkas yang seharusnya jadi andalan tidak kaku dan lebay, Bang Rochy akan mendapat nilai sempurna.

Jangan lupa untuk menyimak akting Ibnu Jamil yang memerankan Bambang Pamungkas, legenda hidup timnas. Manajer sekaligus agen GO8 yang dimainkan komedian Desta, juga layak mendapat apresiasi. Melalui Desta,kita bisa sedikit paham bagaimana public figure membentuk citra di depan masyarakat.

 Banyak sekali kejutan dan dialog cerdas yang disiapkan oleh sutradara. Seperti Indonesia dalam dongeng. Sejak film ini dimulai,banyak sejarah diputarbalik. Saya sarankan untuk teliti membaca potongan-potongan koran yang ditayangkan dalam pembuka film. Kejutan yang lebih besar adalah terungkapnya kabar bintang sepakbola Inggris yang memperistri wanita asal Indramayu. Suka-suka sutradara dong.

Menurut saya, pesan utama film ini adalah bagaimana pun peliknya keadaan, kebenaran harus dibela dan dijunjung tinggi. Perjuangan dari bawah memang berat, tapi perjuangan mempertahankan diri di jalur yang lurus saat berada di atas jauh lebih sukar. Selanjutnya, jangan berhenti berjuang mencapai mimpi. Mungkin ada yang memandang sinis dan menyebut kisah 126 menit ini hanya dongeng. Orang Indonesia suka sekali dibuai mimpi, katanya. Tapi menurut saya, sesuatu yang besar dimulai dari mimpi  besar pula yang diiringi usaha keras dan doa. 

Sangat disayangkan jika sportifitas olahraga yangluhur harus ternoda oleh judi dengan segala bentuknya. Bukan sekadar berdosa, jatuh bangkrut atau masuk penjara. Yang paling saya takutkan adalah membikin Bang Rhoma murka karena tiada mengindahkan petuahnya. "Sungguh terlalhu...!"


HARI INI PASTI MENANG
Sutradara | Andibachtiar Yusuf
Pemeran | Zendhy Zain, Ario Prabowo, Ibnu Jamil, Tika Putri, Mathias Muchus, Ray Sahetapy,  Desta
Produksi | Bogalakon 2013 
Skor | 7/10

Ciputat, 9 Mei 2013

No comments: