Saturday, May 18, 2013

Doa Segelas Jahe



Kami doakan yang makan/minum di sini jadi orang sukses, bahagia, dan sejahtera.

Setiap malam begitu pulang ke Ciputat, dua baris kalimat di atas selalu mencuri perhatian saya untuk melirik ke pinggir jalan. Tulisan itu terpampang di gerobak kaki lima di bilangan jalan Ir. Juanda.

Cukup mencolok, karena gerobak beroda dua itu berwarna kuning. penjualnya adalah seorang abang, saya taksir berusia awal duapuluhan, juga mengenakan kaos kuning. Tapi saya yakin, abang dan gerobaknya bukan sedang kampanye salah satu partai politik yang pernah berkuasa, yang juga menggunakan warna itu sebagai identitas kebesarannya.

Setelah berkali-kali—tak terhitung banyaknya—curi pandang, penasaran mendorong saya buat mampir di lapak tersebut. Saya tahu, bahwa secara sadar saya jadi salah satu korban marketing si empunya gerobak. Tak apalah, daripada saya tidak bisa tidur nyenyak malam ini.

“Jualan apa Bang?”

“Susu jahe”

“Ya, saya pesan satu”


Dengan cekatan, si abang menyiapkan gelas berukuran 350 ml, menuangkan susu kental manis lalu mengguyurnya dengan cairan berwarna kemerahan. Gelas itu masih mengepulkan asap tipis serta aroma khas jahe. Sambil memperhatikan si abang beraksi, saya menyapu pandangan ke beberapa penjuru gerobak yang sederhana. Cangkir-cangkir berjejer, disusun terbalik. Ada juga sebuah toples berisi kacang telur di antara kaleng-kaleng susu dan panci alumunium. Di sudut depan tertulis:

Susu Jahe Merah, terbuat dari 9 rempah pilihan. Manfaat:
Meredakan migrain, menambah vitalitas, menambah nafsu makan, melancarkan peredaran darah

Sebuah metode pemasaran yang menarik. Jualan boleh cuma kaki lima, tapi memakai metode marketing dan promosi yang tidak kalah dengan produk yang diiklankan di tv. Paling tidak si abang telah sukses menggiring saya jajan di sini.

Tapi bagi saya, yang lebih menarik adalah sepotong doa buat para pembeli agar mereka sukses, bahagia dan sejahtera. Semua orang pengen mencapai tiga kriteria tadi, walau sampai tidak bergelimang harta.

“Beneran nih bang, saya didoain?” saya menunjuk tulisan itu.

“Beneran, semoga sukses, Mas” ujarnya sambil melempar senyum dan mengacung dua jempol.


Saya sering mendengar ustadz ceramah di majelis taklim, bahwa Allah berjanji semua doa dikabulkan oleh-Nya. Kalaupun doa belum terjawab persis seperti yang kita minta, berarti ada dua kemungkinan lagi; Tuhan menggantinya dengan bentuk lain atau di lain waktu. Bentuk lain dari doa kabul di sini bisa jadi dalam bentuk kesehatan, kemudahan dalam setiap urusan atau justru sebenarnya doa itu sudah terkabul tanpa kita sadari.

Banyak ucapan-ucapan sederhana sebenarnya bermakna doa, saya sendiri kerap meremehkannya. Sebut saja ucapan salam “Assalamualaikum” artinya adalah “semoga keselamatan menyertaimu”. Alangkah mulianya, orang yang mengucapkan salam sebelum berangkat ke kantor/sekolah selalu mendoakan yang ditinggalkan. Yang ditinggalkan pun balas mendoakan. Begitu pula ucapan selamat pagi/siang/malam, bukankah maknanya adalah harapan agar orang yang jadi lawan bicara mendapat keselamatan pada pagi/siang/malam?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “selamat” berarti:

(1) Terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana; terhindar dari bahaya, malapetaka; bencana; tidak kurang suatu apa; tidak mendapat gangguan; kerusakan, dan sebagainya.
(2)    Sehat;
(3)    Tercapai maksud; tidak gagal;
(4)    Doa (ucapan, pernyataan) yang mengandung harapan supaya sejahtera (beruntung, tidak kurang suatu apa)

Iseng saya membuka kamus bahasa Inggris, pada entry “good morning” diartikan sebagai “expressing good wishes on meeting or parting during the morning” atau “menyatakan harapan mendapat hal yang baik, saat bertemu atau berpisah di waktu pagi”. Begitu pula dalam tradisi bahasa lain seperti Timur Tengah, Asia, Eropa bahkan Afrika.

Boleh ada yang menganggap doa abang susu jahe itu hanya basa-basi, lip service, atau strategi untuk menarik konsumen. Tak apalah, saya tetap mencoba menanggapi doa itu dengan sedikit serius. Saya memang tidak tahu, apakah si abang mendoakan saya dengan tulus. Apapun isi hati si abang, saya mencoba mengamini dengan sepenuh hati.  Siapa tahu, saat itu malaikat lewat lalu membawa doa itu kehadapan Allah dan jadilah saya orang yang sukses! Dan saya selalu berbaik sangka bahwa si abang ikhlas mendoakan pembelinya, apalagi kalau jualannya laku.

Wallahu a'lam


No comments: