Sunday, April 14, 2013

Apa Dosa Belatung?



Membayangkan bentuk belatung saja saya sudah bergidik. Tergambar dalam benak saya, seekor hewan mungil warna putih keabu-abuan, kecil seujung kuku (mungkin lebih mungil lagi). Karena tak punya tangan dan kaki, dia bergerak dengan menggelojot-gelojotkan badannya,seperti ulat. Hewan ini biasa terdapat pada bangkai hewan, buah atau sayuran yang membusuk bahkan mayat dan luka pada tubuh manusia!

Kenapa belatung bisa terdapat ditempat-tempat aduhai seperti itu? Karena belatung adalah larva dari lalat. Benda-benda organik yang membusuk tersebut biasanya mengeluarkan aroma tertentu yang mengundang lalat untuk menaruh telurnya di sana. Telur in ikemudian menetas dan melahirkan makhluk “setengah imut” ini. Jika sudah cukup umur, tahap selanjutnya adalah fase kepompong sebelum menjadi lalat yang sempurna.

Hebatnya, tim perusahaan Mondo Media berhasil merubah imej belatung yang ini. Production House animasi asal Amerika tersebut memproduksi serial animasi berjudul “Larva” yang bikin heboh di salah satu stasiun tv swasta itu. Meski berasal dari Paman Sam, pada daftar tim produksi yang terdapat di awal dan akhir episode, tercantum nama orang-orang Korea lho.


Larva menceritakan dua ekor larva (saya yakin ini larva lalat alias belatung) yakni si Merah dan Kuning. Mereka berdua tinggal di dalam gorong-gorong. Cerita menjadi lucu karena sepasang makhluk ini memiliki karakter yang berbeda, si Kuning rakus dan agak lugu sementara Merah sedikit licik, egois dan pemarah. Kadang mereka saling berebut makanan atau barang yang jatuh ke dalam selokan. Tak jarang pula mereka saling membantu dan berinteraksi dengan makhluk penghuni gorong-gorong lainnya. Karena tingkahnya itu, keduanya sering ketiban sial. Kalau direnungkan, dalam setiap episodenya, ada saja pelajaran yang bisa dipetik seperti; jangan rakus, setia kawan dan sebagainya.

Nah, yang bikin makin lucu, dua tokoh utama dan pemeran lainnya tidak mengeluarkan omongan. Semacam film Mr.Bean hanya sedikit bergumam tidak jelas. Karena mereka tidak punya tangan, maka untuk membantu gerakan mereka, digunakanlah mulut, lidah dan perut. Pokoknya imut, lucu sekaligus menjengkelkan. Setiap nonton film ini di layar kaca atau Youtube, saya selalu tertawa terbahak-bahak, tak jarang mengeluarkan air mata.

Larva adalah salah satu kreatifitas yang sukses di dunia hiburan. Kreatif, sebab tim di balik layar berhasil menerobos arus dan merubah belatung yang penuh horor jadi tokoh idola. Dan memang, belatung sebenarnya tak berdosa untuk disematkan gelar-gelar menyeramkan seperti itu. Terbukti, penggemar duo belatung ini bukan hanya anak-anak, priatua berjenggot tipis seperti saya juga tergila-gila dibuatnya.

Kreatif tidak hanya hak para seniman saja. Siapa saja harus kreatif. Dalam skala yang lebih kecil, kreatifitas sering kita lakukan. Misalnya, karena tuntutan perut, orang jadi kreatif mencari nafkah dan membikin berbagai usaha. “Kreativitas itu adalah cara bertahan hidup untuk saat ini,” kata Wahyu Aditya, penulis buku Sila ke-6: Kreatif Sampai Mati.

Setiap orang bisa menjadi kreatif. Di antara ciri-cirinya adalah; berpikir di luar kotak (out of thebox), jadi pelopor, berani melawan arus, tidak ikut-ikutan dan jadi “yes man”,mandiri, PD dan selalu ingin berubah jadi lebih baik. Jangan pernah takut untuk memperlihatkannya, kalau kita punya kesempatan. Jika rasa takut itu masih ada bersiaplah untuk menjadi manusia kolot yang tidak produktif.

Yang paling penting, tidak ada alasan lagi takut sama belatung!



Jakarta, 12 April 2012.

1 comment:

Anonymous said...

Intinya kreatif. Tinggal gimana cara mengemasnya ya, heu.. sip2