Saturday, February 21, 2009

IKPM Kairo Gelar Dialog Umum CIOS


Kairo-Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) cabang Kairo menggeelar diskusi ilmiah yang tertuang dalam “Dialog Umum CIOS”. CIOS atau Centre for Islamic and Occidental Studies berupakan biro pengkajian dan penelitian Peradaban Islam dan Barat di bawah naungan Institut Studi Islam Darussalam Gontor. Acara ini diselenggarakan pada Rabu 18 februari 2009 bertempat di Sholah Kamil Universitas al-Azhar tepat pada pukul 17.00 waktu Kairo. Acara dibuka langsung oleh Bapak Abdurrahman Muhammad Fachir; Duta Besar Indonesia untuk Mesir.

Menurut Jamil Abdul Latif; ketua IKPM Cab. Kairo 2008-2009, acara ini digelar berpusat pada perhatian IKPM cab.Kairo terhadap peninggatan intelektual warganya serta Masisir pada umumnya serta mencoba memberikan wacara baru kepada Masisir dan berupaya untuk memebrikan semangat (setruman) kepada semua elemen mahasiswa untuk menigkatkan pengetahuan terhadap Islam dan Barat serta elemen yang membangun keduanya.
Pada kesempatan ini IKPM Kairo menghadirkan dua pakar dan peneliti CIOS: Dr. Amal Fathullah Zarkasyi, pakar dan peneliti CIOS bidang pemikiran islam yang mempresentasikan tema "Ilmu Kalam dalam Ranah Pemikiran Islam" dan Dr. Dihyatun Masqon, pakar dan peneliti CIOS bidang peradaban Islam dan Barat mempresentasikan tema "Peradaban Islam vis a vis Peradaban Barat"

Dr. Amal Fathullah Zarkasyi pada presentasinya tentang Ilmu Kalam menyatakan bahwa metodologi dalam ilmu kalam yang diterapkan di Institut Studi Islam Darussalam berbeda dengan metode yang diterapkan pada universitas-universitas lainnya, metode yang digunakan di ISID adalah metode Tahliliyyah Naqdiyyah dan observasi lapangan. Hal ini bertujuan untuk menelaah serta menjawab tantangan pemikiran dunia modern yang berupa materialisme, marxisme, sekulerisme dan liberalisme dengan menggunakan metode ilmiah. Beliau juga meyatakan bahwa untuk membangun peradaban islam dibutuhkan penguasaan terhadap konsep-konsep penting dalam Islam serta menguasai filsafat-filsafat Barat dan kemudian mendialogkan keduanya dengan menggunakan asas pandangan hidup Islam. Bagi beliau, Peradaban Barat dibangun atas dasar filsafat materialisme dan bertumpuh pada kekuatan akal atau rasionalisme, sedangkan Peradaban Islam bangkit dan bangun dengan pandangan hidupnya sendiri yang termanipertasikan dari wahyu (al-Qur’an) dengan bantuan rasio (akal), pada akhir presentasinya Dr. Amal berpesan bahwa Barat dalam melakukan studi keislam (Islamic Studies) dimulai dari rasa kebencian terhadap Islam itu sendiri, sehingga pada akhirnya Islam dianggap sama seperti agama yang lainnya dan cenderung menolak dari pada menerima.

Sedangkan Dr. Dihyatun Masqon menyatakan bahwa peradaban Islam dibangun atas dasar nilai-nilai spiritualitas dan bermuara dari agama Islam itu sendiri yang tercermin dalam keyakinan yang benar (al-Aqidah al-Salimah), Bahasa Arab serta penguasaan ilmu-ilmu dari peradaban lain, dengan catatan penguasaan elemen-elemen pandangan hidup Islam harus diutamakan sebelum penguasaan terhadap khazana intelektual peradaban lain, seperti yang telah dilakukan oleh ulama-ulama Islam masa lalu.

Beliau juga mengatakan bahwa beradaban Barat dibangun atas dasar materialisme dan kosong dari semangat spiritualitas, sedangkan Islam menggabungkan antara materialisme (dunia) dan semangat spiritualitas (akhirat). Pada kesempatan kali ini Dr. Dihyatun menekankan pentingnya penguasaan atas bahasa Arab, karena penguasaan khazanah keislaman bermuara pada penguasaan Bahasa Arab. Diakhir presentasinya beliau berpesan jika kita umat Islam ingin maju dan mengejar keterbalakangan mereka dari dunia Barat maka yang dibutuhkan adalah Tadhiyah (pengorbanan) dalam setiap lini kehidupan baik itu waktu, harga jiwa dan raga.

Acara dialog ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa Indonesia dari berbagai organisasi, almamater kekeluargaan dan afilitatif dan mendapat sambutan meriah, acara diakhiri dengan makan malam bersama.

Sumber: situs IKPM Cabang Kairo

No comments: