Baru saja, pagi tadi.
Tidak sampai hitungan menit aku menyeberang jalan, bus 80 sudah tiba. Tanpa banyak cingcong aku langsung lari mengejar. Pergelangan kaki kiriku sedikit nyeri. Pasti bekas terkilir kemarin.
O, iya aku belum cerita bahwa sepuluh hari lalu sebuah kecelakaan kecil terjadi. Aku terpeleset saat mengejar bus yang lewat sebelum berangkat kuliah, persis seperti sekarang. Akibatnya daerah sekitar mata kaki kiriku bengkak. Tidak terlalu parah sih tapi sakit sekali kalau berjalan. Alhamdulillah aku bertemu Thoif, sahabat asal Ponorogo sepulang dari kuliah. Melihat aku berjalan terpincang-pincang, Thoif membawaku ke mas Rudi, salah seorang mahasiswa Indonesia yang ahli pijat memijat dan akupuntur.
"Tidak parah kok, itu sendinya udah balik ke tempat semula," ujar pria yang kerap dipanggil mbah Rudi itu.
"Ini saya kasih akupuntur biar bengkaknya kempes," tambahnya sambil mengeluarkan beberapa jarum.
Akupuntur! Belum sekalipun aku menjalani terapi tusuk jarum asal Cina ini. Dengan jantung berdegup sedikit lebih kencang, aku melihat dengan mata kepala sendiri satu persatu jarum menembus beberapa titik di kaki kiriku. Aku jadi teringat para pemain kesebelasan sepakbola nasional Cina dalam komik Captain Tsubasa. Ketika cedera akibat bertanding, mereka menggunakan teknik ini untuk mempercepat kesembuhan.
Segitu saja kisahnya. Yang paling penting, kalau sampai ketinggalan aku harus menunggu lama lagi untuk sampai di kampus. Padahal sudah jam sepuluh pagi, itu artinya paling cepat aku akan tiba ketika pelajaran kedua dimulai. Hmm tidak mengapa, yang penting dapat 'sesuatu' hari ini.
Sudah sampai di Darrasah....
Jam kedua berisi mata kuliah Adab (Sastra Arab). Dosennya masih muda, Sebut saja Dr. Abdullah. Umur beliau mungkin belum sampai 40. Yang aku suka dari lelaki tinggi besar ini adalah disiplin yang diterapkannya. Kalau pelajaran sudah dimulai, maka pintu kelas ditutup dan tidak seorangpun boleh masuk. Maka para mahasiswa Mesir yang terkenal 'liar' dan susah diatur akan 'jinak' hi... hi... hi.... Tahu rasa mereka.
Di tengah kuliah, saat semua khusuk masyuk menyimak penjelasan Dr. Abdullah, terdengar dering ponsel. Suara terdengar dari arah depan. Aku yang duduk di sebelah kanan dosen celingak-celinguk mencari sumber suara. Ringtone doa dalam bahasa Arab tersebut terus berbunyi beberapa saat. "Kok tidak diangkat?" batinku. Seisi ruangan saling toleh, seakan setiap orang bertanya, "HP siapa tuh?"
Masya Allah, rupanya HP tersebut ada di meja Dr. Abdullah. Kepunyaan beliau kah? Ternyata milik mahasiswa Mesir yang menggunakan HPnya untuk merekam penjelasan dosen.
"Cepat ambil, masa saya yang ngangkat," ujarnya sambil menyerahkan kepada si empunya. Seisi kelas tertawa.
Rupanya huru-hara tidak berakhir sampai disitu, beberapa menit kemudian HP lain di meja dosen menggemakan azan. Kemungkinan dari aplikasi waktu shalat di ponsel yang menyuarakan panggilan azan ketika sampai waktu sembahyang. Secepat kilat Hafid, temanku asal Jakarta mengambil barang tersebut dari depan lalu mematikan suara azannya. Aksi yang tepat karena alat perekam tersebut memang punya Hafid.
Dr. Abdullah hanya tersenyum simpul.
No comments:
Post a Comment