Tahun Baru 2009. 1 Januari. Jam 10 Pagi.
Pecel tidak hanya ada di Pulau Jawa, sekarang sudah merambah Kairo. Aku tidak bercerita tentang rumah makan Indonesia yang menjamur di Nasr City, Distrik dimana manusia-manusia dari Asia Tenggara bermukim. Makanan berkuah sambal kacang dengan sayur-mayur asal Jawa Timur itu ada di flat kami. Semua itu bisa terjadi jika Sazali yang kena giliran piket masak. Ada-ada saja idenya dalam mengolah makanan. Terkadang gulai, bakwan, pisang goreng hingga pecel tiba-tiba sudah tersedia di meja makan. Tak heran memang, mengingat pria berjuluk ‘Jenggot’ (karena jenggotnya itu lho, bagai jenggot naga) itu pernah menjadi manajer salah satu Catering mahasiswa Indonesia.
Maka jam sepuluh pagi, kami sudah mengelilingi nampan di ruang tamu. Makan enak begini memang paling pas dengan cara makan bersama alias tajammu’ dalam satu wadah. Brigade sambal pecel dengan kacang panjang dan daun sawi, sambal cabe, krupuk udang dan ikan gurami goreng sudah siap untuk ‘dihajar’. Indonesia banget! Meski negeri ini terletak di Benua Afrika, namun produksi perkebunan yang berada di kawasan delta Nil berlimpah ruah, sayur dan buah-buahan. Kalau krupuk udang di atas, kami peroleh dari Bang Wasik yang baru pulang Haji. Di Saudi memang barang-barang dari Indonesia mudah didapat. Kalau ikan gurami punya kisah lain. Malam tadi, Bang Hamdun menginap di rumah kami. Mahasiswa S2 Al Azhar asal Riau itu membawa ikan-ikan tadi. Itu dia kisahnya.
Setelah ritual makan pagi selesai. Kami duduk-duduk sambil menyimak berita Liputan 6 SCTV dari Internet. Lumayan hitung-hitung ‘menurunkan isi perut’. Berita perayaan malam tahun baru di tanah air rupanya menjadi topik utama. Di Pantai Karnaval Ancol, band-band papan atas menghibur masyarakat ibukota selain pesta kembang api. Di lain tempat, ribuan jama’ah larut dalam zikir dan muhasabah bersama Ustadz Arifin Ilham. Dua metode berbeda, silakan pilih yang mana.
Ketika sampai ke berita internasional, serangan Israel ke jalur Gaza menjadi topik hangat. Sungguh biadab serdadu Zionis tersebut. Ratusan rakyat tak berdosa jadi korban, tak peduli wanita atau anak-anak sekalipun. Dengan dalih menggempur milisi HAMAS yang dituding menghambat perdamaian di Timur Tengah, bom dan misil udara Israel menghujani rakyat Palestina. Sekarang sukarelawan kemanusiaan dari berbagai negara berduyun menuju daerah konflik. Ada yang membawa obat-obatan, makanan hingga dana.
Seandainya bisa, mungkin kami akan menitipkan makanan enak buat rakyat Gaza. Masih ada sepiring pecel di atas meja makan, beberapa ekor gurami masih ada di dapur, buat makan malam nanti. Biar mereka bisa makan enak, meski di tengah dentuman yang membabi buta.
Teriring doa buat saudara-saudara seiman di Gaza sana.
No comments:
Post a Comment